Liga indonesia tahun 2017 kali ini adalah liga resmi pertama yang di adakan oleh asosiasi sepakbola indonesia sejak lepas dari banned FIFA pada tahun 2016 lalu.
Sebagai organisasi sepakbola tertinggi di Indonesia, PSSI kali ini banyak mendapat sorotan dari berbagai pihak atas aturan-aturan baru yang akan di terapkan di Liga Indonesia 2017. Aturan pembatasan pemain usia 35 tahun ke atas, pergantian pemain dalam satu pertandingan hingga lima pemain, salary cap atau marquee Player dll. Dari beberapa aturan baru tersebut yang lucu adalah pergantian pemain hingga 5 kali, pembatasan pemain usia 35 tahun hingga klub wajib menurunkan tiga pemain U-23 di tiap pertandingan.
Namun, kali ini yang menjadi topik terhangat adalah kedatangan pemain ber status marquee Player yang banyak di bicarakan ketika ngobrol bareng sambil ngopi , dapat kita temukan di status facebook anak-anak muda di grup-grup yang hanya berisi cacian dan makian belaka itu, atau menjadi bahan Twitwar demi menarik followers.
Tak hanya itu, PSSI juga membuat persyaratan tambahan bagi marquee player untuk bisa merumput di Tanah Air.
Selain pernah bermain di tiga edisi terakhir Piala Dunia, sang bintang juga sebaiknya pernah bermain di level tertinggi dengan memperkuat klub Eropa.
Melihat definisi marquee Player ini, PSSI seakan menerapkan aturan ini setelah kedatangan Michael Essien, mengapa saya bilang seperti ini. Mari kita lihat pada Pertengahan bulan februari 2017, ketika media massa di kejutkan dengan kedatangan bintang sepakbola dunia bernama Michael Essien. Michael Essien datang ke Indonesia tepatnya ke kota bandung yang berjuluk paris van java tersebut bukan untuk sekadar liburan atau bertemu dengan mojang Bandung yang terkenal dengan kecantikan nya. Mantan pemain klub Chelsea, Inggris ini mendatangi Bandung untuk menandatangani kontrak dengan Persib Bandung, kompas.com 14/03/2017.
Di sinilah Kejanggalan itu mulai terjadi, selang dua hari setelah itu, PSSI membuat sebuah regulasi baru dengan mengubah kesepakatan awal tentang pemain asing yang boleh bergabung dengan klub Indonesia, dari awal nya dua pemain non-asia dan satu pemain Asia (2+1) menjadi dua pemain non-asia plus satu pemain Asia dan satu marquee Player (2+1+1), di kutip dari kompas.com 16/03/2017.
30 maret 2017, seperti di kutip dari kompas.com, Persib Bandung lagi-lagi mendatangkan pemain bintang berstatus marquee player yang pernah membela klub celtic dan West Ham United, Charltone Cole.
Sehari sebelumnya , PSSI merubah keputusan pemain asing dari 2+1+1 menjadi setiap klub dibebaskan memiliki jumlah marquee player berapa saja meskipun tidak memaksa. Namun ada aturan salary cap yakni 5 miliar rupiah per tahun untuk tiap kesebelasan, dengan marquee player memiliki struktur gaji di luar salary cap tersebut kompas.com 29/3/2017.
Entah apa yang di pikirkan PSSI terhadap peraturan marquee Player ini, tapi tentu kedatangan marquee player juga ada nilai positif nya.
Melihat kondisi yang seperti ini, manajemen klub - klub Indonesia pun terkesan "wait n see" dalam menentukan pilihan pemain nya untuk tiap musim nya.
Hal ini seperti di lakukan kembali di liga Indonesia 2017, setelah PSSI mengeluarkan regulasi baru untuk Liga indonesia 2017 pada 28 maret 2017 yang lalu,di mana regulasi tersebut menguntungkan klub kaya yang berlaga di Liga Indonesia 2017.
Regulasi baru untuk Liga satu Indonesia yang menguntungkan untuk klub "sehat" ini ada Pada pasal 31 poin 3, pasal tersebut berbunyi, klub diperbolehkan mendaftarkan satu pemain asing dengan status marquee Player, di kutip dari goal.com.
Melihat celah ini, manajemen klub-klub kaya atau bisa kita sebut sebagai klub"sehat" pun mulai mengekor ke Persib Bandung, mereka berlomba - lomba mendatang kan marquee player untuk menambah skuad nya masing-masing.
Hal ini tentu menimbulkan jurang pemisah yang cukup jauh bagi tim-tim kecil di liga 1 dalam segi bisnis maupun permainan.
Dari segi bisnis klub yang tak punya marquee player akan semakin sulit mendatang kan sponsor untuk ber investasi di klub nya. Dari segi kompetisi, tentu jelas terlihat perbedaan nya, klub dengan marquee Player dapat menurunkan empat pemain sekaligus dalam satu pertandingan, sedang klub tanpa marquee player hanya bisa menurunkan tiga pemain saja.
Seharusnya PSSI dalam menerapkan aturan Marquee Player tetap menjunjung tinggi asas Fair Play.
Biarlah mereka klub-klub "sehat" itu mendatangkan satu atau tiga sekaligus pemain bintang dunia tanpa perlu PSSI menambah pasal spesial tentang marquee player. Seharusnya PSSI tetap memasukkan para pemain asing kelas dunia di dalam pasal 31 poin 2 regulasi liga 1 2017, yang berbunyi setiap klub diperbolehkan mendaftarkan dua pemain asing (non warga negara Indonesia) dan satu pemain asing tambahan yang merupakan warga negara anggota AFC. Dengan demikian di harapkan tak akan ada jurang yang semakin dalam klub klub di Indonesia dan tak perlu menambah pasal spesial tersebut.
Tiga marquee player yang bermain di indonesia saat ini.
Sebagai organisasi sepakbola tertinggi di Indonesia, PSSI kali ini banyak mendapat sorotan dari berbagai pihak atas aturan-aturan baru yang akan di terapkan di Liga Indonesia 2017. Aturan pembatasan pemain usia 35 tahun ke atas, pergantian pemain dalam satu pertandingan hingga lima pemain, salary cap atau marquee Player dll. Dari beberapa aturan baru tersebut yang lucu adalah pergantian pemain hingga 5 kali, pembatasan pemain usia 35 tahun hingga klub wajib menurunkan tiga pemain U-23 di tiap pertandingan.
Namun, kali ini yang menjadi topik terhangat adalah kedatangan pemain ber status marquee Player yang banyak di bicarakan ketika ngobrol bareng sambil ngopi , dapat kita temukan di status facebook anak-anak muda di grup-grup yang hanya berisi cacian dan makian belaka itu, atau menjadi bahan Twitwar demi menarik followers.
Kejanggalan aturan Marquee Player.
Menurut PSSI Marquee player adalah pemain bintang yang bermain di edisi tiga Piala Dunia terakhir. Artinya, pemain itu bisa bermain di Piala Dunia 2006, 2010 dan 2014,"Tak hanya itu, PSSI juga membuat persyaratan tambahan bagi marquee player untuk bisa merumput di Tanah Air.
Selain pernah bermain di tiga edisi terakhir Piala Dunia, sang bintang juga sebaiknya pernah bermain di level tertinggi dengan memperkuat klub Eropa.
Melihat definisi marquee Player ini, PSSI seakan menerapkan aturan ini setelah kedatangan Michael Essien, mengapa saya bilang seperti ini. Mari kita lihat pada Pertengahan bulan februari 2017, ketika media massa di kejutkan dengan kedatangan bintang sepakbola dunia bernama Michael Essien. Michael Essien datang ke Indonesia tepatnya ke kota bandung yang berjuluk paris van java tersebut bukan untuk sekadar liburan atau bertemu dengan mojang Bandung yang terkenal dengan kecantikan nya. Mantan pemain klub Chelsea, Inggris ini mendatangi Bandung untuk menandatangani kontrak dengan Persib Bandung, kompas.com 14/03/2017.
Di sinilah Kejanggalan itu mulai terjadi, selang dua hari setelah itu, PSSI membuat sebuah regulasi baru dengan mengubah kesepakatan awal tentang pemain asing yang boleh bergabung dengan klub Indonesia, dari awal nya dua pemain non-asia dan satu pemain Asia (2+1) menjadi dua pemain non-asia plus satu pemain Asia dan satu marquee Player (2+1+1), di kutip dari kompas.com 16/03/2017.
30 maret 2017, seperti di kutip dari kompas.com, Persib Bandung lagi-lagi mendatangkan pemain bintang berstatus marquee player yang pernah membela klub celtic dan West Ham United, Charltone Cole.
Sehari sebelumnya , PSSI merubah keputusan pemain asing dari 2+1+1 menjadi setiap klub dibebaskan memiliki jumlah marquee player berapa saja meskipun tidak memaksa. Namun ada aturan salary cap yakni 5 miliar rupiah per tahun untuk tiap kesebelasan, dengan marquee player memiliki struktur gaji di luar salary cap tersebut kompas.com 29/3/2017.
Entah apa yang di pikirkan PSSI terhadap peraturan marquee Player ini, tapi tentu kedatangan marquee player juga ada nilai positif nya.
Mengekor Persib dan jurang itu nampak semakin dalam
Klub-klub di Indonesia memang unik, klub Indonesia sangat berbeda jauh dengan klub luar negeri soal penerapan skuad pemain yang akan di kontrak untuk mengarungi liga di musim depan. Suatu kebiasaan apabila klub luar negeri mengontrak pemain dengan durasi panjang minimal tiga tahun, hal ini tentu berdampak positif dalam membentuk kerangka tim inti dan mematangkan kerja sama permainan. Namun, klub Indonesia sejak dahulu di era liga peserikatan hingga liga indonesia di bentuk di tahun 2000an, selalu sering bongkar pasang pemain. Jadi jangan heran bila skuad suatu tim yang terdiri dari 30 pemain akan pindah separuh nya bahkan lebih untuk membela tim B di musim mendatang. Hal ini terjadi di karena kan asosiasi tertinggi sepakbola Indonesia, PSSI tak bisa menjamin bahwa liga akan terus berjalan dan parahnya di setiap musim regulasi tentang Liga selalu Berubah-ubah.Melihat kondisi yang seperti ini, manajemen klub - klub Indonesia pun terkesan "wait n see" dalam menentukan pilihan pemain nya untuk tiap musim nya.
Hal ini seperti di lakukan kembali di liga Indonesia 2017, setelah PSSI mengeluarkan regulasi baru untuk Liga indonesia 2017 pada 28 maret 2017 yang lalu,di mana regulasi tersebut menguntungkan klub kaya yang berlaga di Liga Indonesia 2017.
Regulasi baru untuk Liga satu Indonesia yang menguntungkan untuk klub "sehat" ini ada Pada pasal 31 poin 3, pasal tersebut berbunyi, klub diperbolehkan mendaftarkan satu pemain asing dengan status marquee Player, di kutip dari goal.com.
Melihat celah ini, manajemen klub-klub kaya atau bisa kita sebut sebagai klub"sehat" pun mulai mengekor ke Persib Bandung, mereka berlomba - lomba mendatang kan marquee player untuk menambah skuad nya masing-masing.
Hal ini tentu menimbulkan jurang pemisah yang cukup jauh bagi tim-tim kecil di liga 1 dalam segi bisnis maupun permainan.
Dari segi bisnis klub yang tak punya marquee player akan semakin sulit mendatang kan sponsor untuk ber investasi di klub nya. Dari segi kompetisi, tentu jelas terlihat perbedaan nya, klub dengan marquee Player dapat menurunkan empat pemain sekaligus dalam satu pertandingan, sedang klub tanpa marquee player hanya bisa menurunkan tiga pemain saja.
Kesimpulan
Seharusnya PSSI dalam menerapkan aturan Marquee Player tetap menjunjung tinggi asas Fair Play.
Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (foto : detiksport.com)
Menggugat Aturan Marquee Player Yang Ada di Indonesia
4/
5
Oleh
Unknown